Dokumentasi: Nova Nurprianto
Semarang, 25 Juli 2025 - Di tengah kawasan heritage Kota Lama Semarang yang sarat sejarah, terdapat sebuah destinasi kuliner legendaris yang tak lekang oleh waktu: Sate & Gule Kambing 29. Terletak di Jalan Letjen Suprapto No. 29, tepat di seberang ikon Gereja Blenduk, tempat makan ini telah memikat lidah warga lokal dan wisatawan sejak tahun 1963.
Didirikan oleh Yap Pak Yoe, warung ini kini dikelola oleh generasi ketiga keluarganya. Meski telah melintasi dekade demi dekade, cita rasa dan suasana yang dihadirkan tetap autentik. Nuansa klasik bangunan berpadu apik dengan dekorasi foto-foto bangunan bersejarah seperti Lawang Sewu dan Tugu Muda, menciptakan pengalaman bersantap yang sekaligus bernostalgia.
Menu andalannya tentu saja sate kambing dan gule kambing. Pengunjung bisa memilih varian seperti sate campur daging/ati, sate daging mulus, atau sate buntel. Harga satu porsi sate berkisar Rp 45.000–87.500, tergantung jenis dan jumlah tusuk. Sementara gule kambing khasnya disajikan tanpa santan, menciptakan rasa gurih segar yang tidak membuat enek, dengan harga mulai Rp 50.000 hingga Rp 55.000. Nasi disajikan terpisah seharga Rp 5.000.
Tak hanya soal rasa, pengalaman bersantap di sini juga mendapat banyak ulasan positif. Daging sate dikenal empuk dan bebas bau prengus, sementara gule-nya cocok dipadukan dengan nasi hangat dan sambal. Pujian pun datang dari berbagai kalangan, termasuk artis dan tokoh publik seperti Ganjar Pranowo, Delon, dan Irwansyah yang pernah mampir.
Warung ini buka setiap Senin hingga Sabtu pukul 08.00/09.00 hingga sekitar pukul 21.00 WIB, dan tutup pada hari Minggu. Sistem pembayaran bisa dilakukan secara tunai maupun via mobile banking, menyesuaikan kenyamanan pelanggan.
Dengan rating tinggi di berbagai platform ulasan kuliner dan sering masuk dalam daftar tempat makan wajib saat ke Semarang, Sate & Gule Kambing 29 tak hanya menyajikan makanan lezat, tapi juga menyimpan nilai historis dalam setiap tusuk satenya. Sebuah destinasi kuliner yang wajib dikunjungi saat menjelajah Kota Lama.
Penulis : Nova Nurprianto
Editor : Nova Nurprianto