FIKOMMEDIA — Perayaan Hari Suci Waisak 2025 yang dipusatkan di Candi Borobudur pada Senin (12/5) menjadi magnet bagi ribuan umat Buddha dan wisatawan dari dalam maupun luar negeri. Tak hanya mengikuti prosesi sakral, banyak pengunjung juga datang untuk menyaksikan keindahan tradisi yang berlangsung di salah satu warisan budaya dunia tersebut.
Rangkaian perayaan Waisak sudah dimulai sejak Minggu (11/5) dengan pengambilan api Dharma dari Mrapen dan air suci dari Jumprit. Sebelum digunakan dalam prosesi utama, kedua unsur sakral ini terlebih dahulu disemayamkan di Candi Mendut, menambah kekhusyukan perayaan tahun ini. Selain itu, kedatangan para biksu Thudong dari Thailand juga disambut meriah sebagai bagian dari prosesi lintas negara yang sarat nilai spiritual.
Acara puncak Waisak di pelataran Candi Borobudur tak hanya menjadi ajang ibadah, tetapi juga atraksi budaya yang menarik banyak wisatawan. Salah satu momen paling dinanti adalah Festival Lampion Waisak, di mana ribuan lampion diterbangkan ke langit malam, menciptakan suasana penuh haru dan keindahan.
Namun, antusiasme yang tinggi menimbulkan tantangan tersendiri, terutama soal akomodasi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Kabupaten Magelang hanya memiliki sekitar 78 hotel dan akomodasi, jauh dari cukup untuk menampung lonjakan pengunjung yang diperkirakan mencapai 90 ribu orang selama empat hari (9–12 Mei). Sekitar 40 ribu orang tercatat hadir hanya pada puncak acara saja.
Kondisi ini membuat banyak pengunjung terpaksa mencari penginapan di luar kota, seperti Muntilan, Sleman, hingga Yogyakarta. Meski harus menempuh perjalanan lebih jauh, hal ini tak menyurutkan semangat mereka untuk turut merasakan atmosfer religius dan budaya yang khas.
Penulis : Kaka Mahardika A.W
Sumber: portal-indonesia.com
Editor : Kaka Mahardika A.W